Selasa, 17 Mei 2011

14 Mei 1998

Masih teringat jelas di kepala tentang apa yg terjadi di tanggal tersebut. Ya, kalau orang masih ingat, tanggal tersebut adalah tanggal dimana Indonesia sedang mengalami masa krisis dimana rakyat ramai berusaha menggulingkan pemerintahan orde lama. Di Jakarta sendiri, waktu itu diwarnai kerusuhan dimana-mana. Korbannya, kebetulan adalah kaum Tionghoa sehingga kita bisa melihat banyak ruko yg di pintunya dituliskan besar-besar huruf ‘PRIBUMI’. Sampai sekarang belum diketahui siapa otak di balik semua ini, namun dampaknya sangat besar bagi para korban.

Keluarga saya adalah salah satu korban dari kerusuhan besar ini. Saat itu saya masih kelas 4 SD, belum mengerti banyak. Namun saya bisa merasakan yang namanya takut. 2 kakak saya pun masih SMA. Kami tinggal di ruko di daerah Jakarta Barat. Papa saya yg membuka usaha sebagai distributor air minum galon, memakai ruko sebagai tempat usaha dan tempat tinggal keluarga kami. Pada tanggal 13 Mei 1998, berita tentang kerusuhan sudah menyebar luas dan kami yang tinggal di ruko tentu saja was-was. Kalau tidak salah, daerah Angke sudah habis dibakar dan dijarah massa. Pada hari itu semua mobil angkutan air milik papa saya sudah diungsikan, sehingga besok paginya pada tanggal 14 Mei, di jalan depan kompleks ruko kami sudah sepi. Benar-benar kosong seperti di film zombie, tidak ada 1 orang pun melintas.

Siangnya, kami benar-benar tidak menyangka kalau kami akan mengalami hal yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Waktu itu saya masih ingat, sekitar jam setengah 12 mama dan pembantu saya sedang masak untuk makan siang. Saya yang masih kecil diliputi rasa ingin tahu, sehingga sebentar-sebentar melongok keluar dari jendela lantai 4 ruko kami. Saat itu, saya melihat asap sudah membumbung tinggi dari arah depan, tepatnya asap dari salah satu supermarket di dekat rumah. Begitu keluarga saya tahu, kami langsung bersiap-siap. Surat-surat dan barang-barang berharga kami ambil untuk dibawa bila ada apa-apa. Akhirnya kami tidak jadi makan siang, untuk turun ke lantai 1 dan bersiap-siap kabur. Saat kami bersiap pun, massa terdengar sudah ramai di luar. Bunyi kaca pecah, orang berteriak, berlari, dan lainnya. Anehnya, ruko kami aman. Tidak ada yang melempar batu ke ruko kami, tidak ada yang mencoba menjebol rolling door kami. Kami berenam (kedua orang tua, 2 kakak, saya, dan seorang pembantu) mematikan semua lampu dan menunggu di bawah, dengan harapan massa yang sudah kesetanan itu tidak menyadari ada orang di ruko kami dan kami bisa keluar setelah di luar aman. Lama sekali rasanya kami menunggu, seperti berabad-abad. Saya ingat, waktu itu mama saya menangis dan memeluk saya. Dia bahkan sempat tertidur, mungkin pingsan karena shock. Saya yang masih kecil belum terlalu mengerti, jadi saya takut tapi tidak menangis. Selama hampir 3 jam kami hanya bicara pelan-pelan, tiba-tiba asap mulai muncul dari arah lantai 2 ruko kami. Saat itu kami pun sadar kami harus keluar karena kami pasti mati terbakar kalau diam di dalam. Akhirnya dengan memberanikan diri dan berdoa, kami membuka rolling door karena kami tidak punya pilihan. Saat pintu terbuka, kami benar-benar melihat suatu berkat Tuhan! Hampir seluruh massa sedang berkumpul di sebelah kiri, agak jauh dari ruko kami. Ditambah lagi, ternyata di depan ruko kami ada 4 atau 5 pegawai papa saya yang bantu menjaga sehingga kami pun cukup aman. Kami berjalan ke sebelah kanan, menghindari kumpulan massa di sebelah kiri. Bioskop tepat di seberang rumah saya dan toko tas di sebelah rumah sudah habis dijarah dan dirusak. Saat itu pun sudah ada beberapa ruko yang dibakar, karena mata saya pedih kena asap.

Kami berjalan keluar dari kompleks ruko, melewati pagar pembatas dengan memanjat. Saya lihat banyak orang yang juga menyeberangi sungai. Tidak tahu kemana kami berjalan, kami bertemu banyak orang di kompleks perumahan sebelah ruko kami yang sedang berjaga-jaga agar kompleks mereka aman. Lagi-lagi Tuhan bekerja dalam hidup kami, kebetulan sekali kami bertemu seorang teman papa saya yang tinggal di kompleks perumahan tersebut. Dengan baik hatinya, beliau dan keluarganya mempersilahkan kami singgah di rumahnya, bahkan menyediakan kami makan dan mengijinkan kami menginap disana! Mereka benar-benar orang yang baik, mereka juga memberikan kami beberapa potong baju karena kami hanya membawa surat-surat dan barang-barang berharga di balik baju uang kami kenakan. Seluruh barang lain kami tinggal di ruko. Keesokan harinya, mulailah kami mencari tempat kos untuk tinggal. Untungnya kami mendapat 1 kamar kosong di daerah yang tidak jauh dari ruko. Untuk berenam, 1 kamar kosong cukup asalkan kami bisa mendapat atap untuk tidur. Di saat-saat genting seperti itu, kami juga tidak mungkin mengungsi ke rumah saudara karena jalanan sudah sangat rawan. Setelah sekitar 2 minggu menginap di tempat kos, akhirnya kami mendapatkan rumah kontrakan yang juga tidak jauh dari sana. Setelah kejadian tersebut, banyak orang yang bersimpati dan menyumbangkan pakaian bagi keluarga kami. Teman-teman saya pun di sekolah banyak yang ikut menyumbang alat tulis, buku, dan pakaian. Keluarga kami sangat berterima kasih karena kebaikan hati mereka, walaupun mereka belum mengenal kami secara dekat. Seluruh barang-barang kami di ruko habis terbakar termasuk sebagian botol air jualan papa saya yang belum sempat diungsikan dari ruko. Walaupun begitu, orang tua saya tidak lantas menyerah, tetapi mereka mulai lagi membangun usaha dari awal. Mobil-mobil angkutan air yang berhasil diselamatkan bisa dipakai kembali. Papa saya mulai membeli botol-botol baru, dan membangun kembali ruko kami yang sudah habis terbakar. Setelah setahun mengontrak, puji Tuhan kami bisa kembali tinggal di ruko dan papa saya kembali membuka usaha disana. Sampai sekarang, kami tidak punya trauma tertentu. Tetapi yang namanya anak kecil, mungkin mudah kena trauma. Saya agak takut kalau melihat orang banyak yang berlari-lari. Takut kalau akan ada keributan, namun saya selalu berdoa tidak pernah ada kejadian seperti itu lagi.

Yang pasti, saya benar-benar bersyukur bagi keluarga saya. Tuhan bekerja dalam hidup kami, percayalah bahwa akan ada jalan saat kita mau berusaha :)

1 komentar: